Cari Blog Ini

Rabu, 04 Mei 2011

Go Out to Dance for Harmony

Hari tari dunia atau dikenal dengan World Dance Day yang diperingati setiap tanggal 29 april, setiap negara di seluruh belahan dunia memperingatinya dengan seksama termasuk Indonesia. Institut Seni Indonesia Surakarta memperingatinya dengan menggelar perhelatan 24 Jam menari, tahun ini merupakan tahun ke-4 penyelenggaraan. Awalnya 24 Jam menari hanya diselenggarakan di sekitar kampus Institut Seni Indonesia Surakarta saja, namun 2 tahun terakhir ini bekerja sama dengan Pemkot Surakarta menyelenggarakan peringatan hari tari dunia di seluruh penjuru kota Surakarta.

Berbagai tari dipertunjukkan dalam acara tersebut, berawal dari pukul 06.00 WIB pada tanggal 29 April 2011 dan berakhir pada pukul 06.00 WIB, 30 April 2011. Peserta bukan hanya dari Surakarta tetapi dari berbagai kota seperti Bandung, Blora, Magelang, Boyolali, Surabaya, Kalimantan, Sumbawa, Semarang, Bali, Lampung, Yogyakarta dan sejumlah delegasi dari Australia, Malaysia, Singapura dan Chili.

Di Institut Seni Indonesia Surakarta sendiri acara digelar di berbagai tempat, dari lapangan rektorat, pendopo, gedung teater besar dan juga halaman sekitar teater besar dan teater kecil. Sedari pagi penonton telah memadati lingkungan ISI Surakarta untuk menyaksikan berbagai sajian yang dipertunjukkan.

Pembukaan dilakukan di lapangan rektorat, sebelas penari yang menari selama 24 Jam menjadi sentral pada acara pembukaan tersebut. Kesebelas penari tersebut adalah Boby A. Setiawan, Wisnu H.P., Eno Sulistiorini, I Made Sudarsana, Anouk Wilke (Belanda), Ari Ersandi, Galih Mahara, Hiran Munggaran, Usman Supriatna, Asep, dan I Gede Ayu. mereka menari selama 24jam penuh, semua aktivitas, muali dari makan, minum dan sholat pun dilakukan sambil menari.

Pembukaan ditandai dengan tari sesaji dari sesepuh Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI. Disusul dengan tari Derap WDD yang dilanjutkan dengan karnaval mengelilingi kentingan oleh kelompok Drum Band SD Jaten 3 Karanganyar, sejumlah mahasiswa ISI, kelompok Pasoepati Solo dan Dapur Ngebul. Setelah karnaval usai pertunjukan dilanjutkan di pendopo ISI Surakarta.

Di pendopo disajikan berbagai pertunjukan diantaranya karya koreografi oleh mahasiswa Jurusan Tari semester II, koreografi mahasiswa Jurusan Tari semester VI, tari Kepak Zapin dari Singapura, tari Texas dari mahasiswa Jurusan Tari semster IV, cheersleader dari SMP Kristen 1 Surakarta, dan tari Gambyong yang disajikan oleh alumni SMKI Surakarta angkatan 1978.

Ada pertunjukan yang menurut saya sangat menarik dan menggugah nurani saya, pertunjukan tari gambyong yang disajikan oleh para ibu alumni SMKI Surakarta angkatan 1978, patut diacungi jempol walaupun mereka sudah “sepuh” namun masih tetap semangat menari dan memeriahkan peringatan hari tari dunia, walupun gerak mereka tak lagi selincah penari-penari muda, namun cukup menarik, dengan semangat mereak bergerak mengikuti irama gamelan pengiringnya.Usia bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap menari, berkarya, tetap memegang teguh dan terus menjaga tradisi.

Berkaca dari semangat ibu-ibu alumni SMKI Surakarta, sebagai generasi penerus harus tetap menjaga dan melestarikan tari khususnya tradisi. Jangan biarkan globalisasi dan modernisasi menggerus tari tradisi. Bukan hanya semangat sekejap, 24 jam saja, dari 24 Jam menari diharapkan semakin menumbuhkan rasa cinta akan tari, ikut handarbeni terhadap tari tradisi serta menghargai dan melestraikan keberagaman tari, bahwasaannya Indonesia kaya akan budaya yang harus tetap kita jaga dan pertahankan.

World Dance Day “ Go Out to Dance for Harmony”.

1 komentar: