Cari Blog Ini

Selasa, 17 Mei 2011

Rwa Bhineda

Akhir minggu adalah waktu keprihatinan bagi anak rantau (baca:anak kos) apalagi di akhir bulan jadi masa terngrantes lagi ngenes-ngenesnya, apalagi anak rantau yang rumahnye di luar Jawa, jauh di sono (soalnya tu rumah gak boleh dibawa kaya keong gitu). Nah disaat-saat itulah HIK/Angkringan/Kucingan atau apalah namanya lage panen rejeki, warung mereka sedang rame-remanya, saat-saat kritis urusan makan pasti pilih yang murah meriah, hemat beb (iklan, axis bangett), dan bahkan lagi gencar-gencarnya menerapkan prinsip ekonomi; dengan pengorbanan sekecil-kecilnya dapat hasil sebesar-besarnya, dengan uang seminim-minimnya, harga semurah-murahnya tapi dapat makan sebanyak-banyaknya, sekenyang-kenyangnya kalo perlu GRATIS kagak usah pake bayar....hwahahha,

Nah dan terjadilah peristiwa itu, trada...( kaya di pilem-pilem horor gitu kira-kira). Waktu tempat mas HIK sedang padat, datang seorang mas-mas bule dari seberang warung mas HIK, cofee lighter, tu bule nongkrong ke coffe lighter juga bukan karna banyak duit, beli makan atau apa, usut punya usut tu bule tiap hari datang kesono Cuma buat cari sinyal wifi gratis,ckckckckckc. Balik lagi ke tempat mas HIK tadi, bule tadi lapar setelah seharian hotspotan di coffe lihgter, tanya ma mas Yanto, mas yang punya HIK, “saya mau beli nasi sayur”, kata mas yanto “gak ada habis,” tu bule merengut gak cetha gitu, seorang teman saya yang emang asalnya sok tau langsung nyelutuk, “mister adanya nasi suambel (baca:sambal), no nasi sayur ” dengan logat jawa Timurnya yang kentel sekentel kopi tubruk (tu lo minum kopi yang pake acara ditubruk segala). Tu bule langsung nyerocos “ nasi sambel? Ach, saya tidak,i don’t like nasi sambel, @#%*$$%@###..... bla, bla, bla.................... (sampe cengoh kita dengernya) , teman saya tadi Cuma bengong ngedengernya sambil berbisik sama saya” aduwh yen koyo iku gak ruh aku, matio kono, ngomong opo iku mau/ retiku NO YES tok”, dan itu bule berlalu, sekonyong-konyong itu bule balik lage dan bilang klo dia gak suka nasi sambel, “ I DON’T LIKE NASI SAMBEL”, kita yang disana bareng-bareng jawab “ya.............” , kaya paduan suara kampus,bule yang aneh.

Apa yang (sedang)aku alami gak selalu baik, gak selalu menyenangkan,gak selalu sesuai apa yang aku mau, bahkan cenderung membosankan sok-sok malah nguanyelke buangett. Kadang kita udah mengalah, gak mengiharaukan apa yang orang mau bilang (*walau kadang itu amat sangat sakit, nylekit banget kok). Kadang aku juga berfikir, aku gak pernah jahatin mereka kok mereka tega ya buat perasaanku terluka *matanya udah mulai mrembes. Aku kadang gak ngerti ma jalan pikir orang yang ada di sekitarku, aku selalu baik ma mereka, bahkan aku berusaha kasih yang terbaik buat mereka tapi apa balasan mereka?aku dianggap sebagi sebuah angin lalu, anak kecil yang gampang dibohongi, aku diam bukan karna aku gak tau, aku diam karna aku memendam rasa sakitku. Bercanda itu perlu, tapi lihat situasi, lihat kondisi psikologis seseorang itu lebih perlu.

Kehilanggan sosok ayah dalam hidupku belum aku terima sepenuhnya, walau secara lahir aku siap namun hatiku masih sangat rapuh. Di saat seperti itu aku butuh orang yang mau berbagi, ngerti aku, bukan hanya ngerti disaat seneng-seneg aja. Aku merasa amat sangat sakit jika aku diperlakukan secara gak adil. Banyak ketidakadilan yang telah aku terima. Apalagi ketika aku sakit karna orang yang masih lengkap dengan ayah mereka, sakitnya sunguh-sunguh terasa, meresap sedap.

Stop...telenovela dah berakhir, nangisnya udahan.

Ni hari beda gak kaya kemaren-maren, sepanjang orang lewat perhatikan saya, sepertinya mereka terpesona dengan kecantikan saya....hwhehwehehehe. Tapi lama-lama kok ibu-ibu juga liatin saya ya, adik-adik juga, ada yang salah dengan penampilan saya? Uhm, tidak. Pakian? rapi, kerudung? rapi. Gak da yang salah dengan kostum saya hari ini, bahkan tadi beberapa teman saya bilang bahwa saya sangat cantik hari ini (cihuy). Trus kenapa ya? Saya toleh ke kanan, gak ada apa-apa, saya toleh ke kiri... BLAIIIKKK ternyata samping kiri belakang saya ada mas-mas, orang gila lagi, dan badalah itu orang gila saya toleh senyum-senyum lihat saya (bayangkan epkspresi itu orang gila lo leat cewek cantik, ^_^ ). Astaghfirullah... buru-buru pasukan saya bubarkan padahal pengibaran belum berlangsung (eit, lu kate upacara bendera?). saya lansung khusyuk berdo’a semoga teman saya cepat-cepat jemput saya, mantra tak henti ku ucap “ jangan terlihat, jangan terlihat” (ngarep supaya bisa ngilang kaya jin, atau tembus pandang kaya Hary Potter). Dan Tuhan selalu baik sama saya, teman saya langsung datang , meluncur pergi meninggalkan mas gila yang masih terpana menatap saya (owh sad)..............gojes,gojes,gojes.

Weekend, saatnya mudik, balik kampung teman.

Tiba waktu pulang bagi saya adalah waktu yang membahagiakan, serasa dapat undian lotre gitu(pliss jangan lebay ach). Saya selalu (dengan tidak sabar) menunggu waktu week end tiba, dan itu saat yang paling membosankan teman, suatu hal yang kita suka bila ditunggu dengan penuh harap seakan justru mengulur waktu. Yap tibalah hari ni saya pulang. Belum jauh saya meninggalkan kota Solo, ech macet sudah menghadang saya ( it’s make me anoying), usut-punya usut kemacetan disebabkan karena adanya 2orang beradu mulut mobil Honda Jazz mereka bertabrakan, dan ternyata “pelaku” penyebab kemacetan tersebut salah satunnya adalah doktor di kampus saya, ya doktor yang selalu menggingatkan mahasiswa bahwa konsep dalamhidup adalah rwa bhineda, dua hal yang berbeda/berlawanan namun tak dapat dipisahkan selalu ada dalam kehidupanmanusia, antara baik dan buruk, sehat dan sakit, kanan dan kiri dan lain sebagainya. Pak Doktor tadi sedang ngotot sama mas-mas yang nabrak mobilnya dari belakang , endingnya gimana kagak tau, saya segera berlalu meninggalkan pak Doktor, mobil dan rwa bhinedanya....?????? aneh.., . tak jauh dari TKP tabrakan pak Doktor ada kecelakaan mobil lagi, sebuah mobil avanza telah hancur, hmm mobil-mobil bagus semua yang naas hari ini, dalam hati saya bersyukur “ untung saya tadi gak naik mobil bagus( lagian mau naek mobil bagus siapa? punya aja belum,,hehe)”.

Perjalanan terus berlanjut, bus yang saya tumpangi melaju dengan cepat, sesuai dengan fasilitas yang dijanjikan dari PO bus patas tadi, cepat dan terbatas. Apa hubungannya? Tau ah. Perjlanan saya kembali terusik, bus berhenti di lampu merah depan bus ada sebuah mobil KFC lengkap dengan ganbar ayamnya yang semakin membuat perut lapar, tiba-tiba” hoa...hoa... pa minta KFC pa, ayo pa” renggek soerang anak kecil gendut (super gendut) pada papanya, “iya nanti nak, klo sudah sampai, sekarang gak ada yang jual”,”gak mau, aku maunya sekarang” dan si bapak terus membujuk anaknya supaya diam, pandangan saya teralih ke seberang jalan. Anak kecil dengan kaos setelan kuning kumal, tubuh kurus meminta belas kasihan dari satu pengendara ke pengendara yang ada, usianya kira-kira masih 5tahun, miris sekali. Sebuah pemandangan yang sangat berbeda, disamping kanan anak super manja dan super pula berat bedannya super nakal lagi, sedang di samping kiri anak sekecil itu mencari nafkah, menantang maut di tengah roda-roda besar yang setiap saat bisa saja melindasnya, terus berdiri ditempa hujan dan panas matahari, astagfirullah.

Bus terus melaju, tiba-tiba ada suara yang buat saya tak asing lagi, HP saya berbunyi tapi dimana say taruh? (mulai lagi,kebiasaan buruk= lupa dan teledor) saya pun mengaduk-aduk tas saya mencoba menemukansumber bunyi tak peduli dengan tatapanorang-orang yang heran menatap kesibukan saya. Trada....HP ketemu. Tuk..tuk-tuk..(siapa sich colek-colek? Gak span pikir saya), tuk, tuk, tuk,tuk,,tu kan colek lagi, saya pun balik badan ada seorang mbak-mbak memberikan kotakkecil kepada saya “itu flasdisk saya”,,, mbak tadi memeberikan flasdisk saya dan nunjuk-nunjuk kebawah kursi (mbak yang baik tadi ternyata tunawicara, sungguh mulia hatinya) saya ucapkan terimakasih dan mbak tadi Cuma mengangguk dengan senyumnya yang manis. Flashdisk.

Sebuah perjalan yang penuh dengan makna, seminggu ini adalah hari yang berat dalam hidup saya, namun memberikan berbagai pelajran. Saya harus lebih menghargai dan mensyukuri hidup. Benar kata pak Doktor di kampus saya, hidup selalu terkait dengan rwa bhineda, terkadang kita mujur namun adakalanya kita naas, ada kebaikan ada pula kejahatan, sehat juga bisa menjadi sakit. Namun apapun itu syukurilah hidupmu, hidup ini indah. Dengan melihat orang “di bawah” kita kita akan tahu betapa banyak nikmat yang kita peroleh, betapa beruntungya kita dibnading mereka. Tergantung bagaimana kita menjalani dan pandai bersyukur. Subhanallah.

Rabu, 04 Mei 2011

Go Out to Dance for Harmony

Hari tari dunia atau dikenal dengan World Dance Day yang diperingati setiap tanggal 29 april, setiap negara di seluruh belahan dunia memperingatinya dengan seksama termasuk Indonesia. Institut Seni Indonesia Surakarta memperingatinya dengan menggelar perhelatan 24 Jam menari, tahun ini merupakan tahun ke-4 penyelenggaraan. Awalnya 24 Jam menari hanya diselenggarakan di sekitar kampus Institut Seni Indonesia Surakarta saja, namun 2 tahun terakhir ini bekerja sama dengan Pemkot Surakarta menyelenggarakan peringatan hari tari dunia di seluruh penjuru kota Surakarta.

Berbagai tari dipertunjukkan dalam acara tersebut, berawal dari pukul 06.00 WIB pada tanggal 29 April 2011 dan berakhir pada pukul 06.00 WIB, 30 April 2011. Peserta bukan hanya dari Surakarta tetapi dari berbagai kota seperti Bandung, Blora, Magelang, Boyolali, Surabaya, Kalimantan, Sumbawa, Semarang, Bali, Lampung, Yogyakarta dan sejumlah delegasi dari Australia, Malaysia, Singapura dan Chili.

Di Institut Seni Indonesia Surakarta sendiri acara digelar di berbagai tempat, dari lapangan rektorat, pendopo, gedung teater besar dan juga halaman sekitar teater besar dan teater kecil. Sedari pagi penonton telah memadati lingkungan ISI Surakarta untuk menyaksikan berbagai sajian yang dipertunjukkan.

Pembukaan dilakukan di lapangan rektorat, sebelas penari yang menari selama 24 Jam menjadi sentral pada acara pembukaan tersebut. Kesebelas penari tersebut adalah Boby A. Setiawan, Wisnu H.P., Eno Sulistiorini, I Made Sudarsana, Anouk Wilke (Belanda), Ari Ersandi, Galih Mahara, Hiran Munggaran, Usman Supriatna, Asep, dan I Gede Ayu. mereka menari selama 24jam penuh, semua aktivitas, muali dari makan, minum dan sholat pun dilakukan sambil menari.

Pembukaan ditandai dengan tari sesaji dari sesepuh Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI. Disusul dengan tari Derap WDD yang dilanjutkan dengan karnaval mengelilingi kentingan oleh kelompok Drum Band SD Jaten 3 Karanganyar, sejumlah mahasiswa ISI, kelompok Pasoepati Solo dan Dapur Ngebul. Setelah karnaval usai pertunjukan dilanjutkan di pendopo ISI Surakarta.

Di pendopo disajikan berbagai pertunjukan diantaranya karya koreografi oleh mahasiswa Jurusan Tari semester II, koreografi mahasiswa Jurusan Tari semester VI, tari Kepak Zapin dari Singapura, tari Texas dari mahasiswa Jurusan Tari semster IV, cheersleader dari SMP Kristen 1 Surakarta, dan tari Gambyong yang disajikan oleh alumni SMKI Surakarta angkatan 1978.

Ada pertunjukan yang menurut saya sangat menarik dan menggugah nurani saya, pertunjukan tari gambyong yang disajikan oleh para ibu alumni SMKI Surakarta angkatan 1978, patut diacungi jempol walaupun mereka sudah “sepuh” namun masih tetap semangat menari dan memeriahkan peringatan hari tari dunia, walupun gerak mereka tak lagi selincah penari-penari muda, namun cukup menarik, dengan semangat mereak bergerak mengikuti irama gamelan pengiringnya.Usia bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap menari, berkarya, tetap memegang teguh dan terus menjaga tradisi.

Berkaca dari semangat ibu-ibu alumni SMKI Surakarta, sebagai generasi penerus harus tetap menjaga dan melestarikan tari khususnya tradisi. Jangan biarkan globalisasi dan modernisasi menggerus tari tradisi. Bukan hanya semangat sekejap, 24 jam saja, dari 24 Jam menari diharapkan semakin menumbuhkan rasa cinta akan tari, ikut handarbeni terhadap tari tradisi serta menghargai dan melestraikan keberagaman tari, bahwasaannya Indonesia kaya akan budaya yang harus tetap kita jaga dan pertahankan.

World Dance Day “ Go Out to Dance for Harmony”.