Cari Blog Ini

Senin, 07 November 2011

Riweh

1. foto copy ktp ortu/wali dan calon istri dilegalisir (15 lembar )
2. foto copy akte kelahiran legalisir (15 lembar)
3. foto copy ijazah terakhir legalisir (15 lembar)
4. foto copy kk legalisir (15 lembar)
5. foto copy skck calon istri, ortu/wali legalisir (15 lembar)
6. foto copy surat kematian legalisir (15 lembar)
7. foto berwarna 4x6 background warna biru (50 lembar)
8. foto copy keterangan wali legalisir (15 lembar)

#keribetan yang belum seberapa,,,

Selasa, 17 Mei 2011

Rwa Bhineda

Akhir minggu adalah waktu keprihatinan bagi anak rantau (baca:anak kos) apalagi di akhir bulan jadi masa terngrantes lagi ngenes-ngenesnya, apalagi anak rantau yang rumahnye di luar Jawa, jauh di sono (soalnya tu rumah gak boleh dibawa kaya keong gitu). Nah disaat-saat itulah HIK/Angkringan/Kucingan atau apalah namanya lage panen rejeki, warung mereka sedang rame-remanya, saat-saat kritis urusan makan pasti pilih yang murah meriah, hemat beb (iklan, axis bangett), dan bahkan lagi gencar-gencarnya menerapkan prinsip ekonomi; dengan pengorbanan sekecil-kecilnya dapat hasil sebesar-besarnya, dengan uang seminim-minimnya, harga semurah-murahnya tapi dapat makan sebanyak-banyaknya, sekenyang-kenyangnya kalo perlu GRATIS kagak usah pake bayar....hwahahha,

Nah dan terjadilah peristiwa itu, trada...( kaya di pilem-pilem horor gitu kira-kira). Waktu tempat mas HIK sedang padat, datang seorang mas-mas bule dari seberang warung mas HIK, cofee lighter, tu bule nongkrong ke coffe lighter juga bukan karna banyak duit, beli makan atau apa, usut punya usut tu bule tiap hari datang kesono Cuma buat cari sinyal wifi gratis,ckckckckckc. Balik lagi ke tempat mas HIK tadi, bule tadi lapar setelah seharian hotspotan di coffe lihgter, tanya ma mas Yanto, mas yang punya HIK, “saya mau beli nasi sayur”, kata mas yanto “gak ada habis,” tu bule merengut gak cetha gitu, seorang teman saya yang emang asalnya sok tau langsung nyelutuk, “mister adanya nasi suambel (baca:sambal), no nasi sayur ” dengan logat jawa Timurnya yang kentel sekentel kopi tubruk (tu lo minum kopi yang pake acara ditubruk segala). Tu bule langsung nyerocos “ nasi sambel? Ach, saya tidak,i don’t like nasi sambel, @#%*$$%@###..... bla, bla, bla.................... (sampe cengoh kita dengernya) , teman saya tadi Cuma bengong ngedengernya sambil berbisik sama saya” aduwh yen koyo iku gak ruh aku, matio kono, ngomong opo iku mau/ retiku NO YES tok”, dan itu bule berlalu, sekonyong-konyong itu bule balik lage dan bilang klo dia gak suka nasi sambel, “ I DON’T LIKE NASI SAMBEL”, kita yang disana bareng-bareng jawab “ya.............” , kaya paduan suara kampus,bule yang aneh.

Apa yang (sedang)aku alami gak selalu baik, gak selalu menyenangkan,gak selalu sesuai apa yang aku mau, bahkan cenderung membosankan sok-sok malah nguanyelke buangett. Kadang kita udah mengalah, gak mengiharaukan apa yang orang mau bilang (*walau kadang itu amat sangat sakit, nylekit banget kok). Kadang aku juga berfikir, aku gak pernah jahatin mereka kok mereka tega ya buat perasaanku terluka *matanya udah mulai mrembes. Aku kadang gak ngerti ma jalan pikir orang yang ada di sekitarku, aku selalu baik ma mereka, bahkan aku berusaha kasih yang terbaik buat mereka tapi apa balasan mereka?aku dianggap sebagi sebuah angin lalu, anak kecil yang gampang dibohongi, aku diam bukan karna aku gak tau, aku diam karna aku memendam rasa sakitku. Bercanda itu perlu, tapi lihat situasi, lihat kondisi psikologis seseorang itu lebih perlu.

Kehilanggan sosok ayah dalam hidupku belum aku terima sepenuhnya, walau secara lahir aku siap namun hatiku masih sangat rapuh. Di saat seperti itu aku butuh orang yang mau berbagi, ngerti aku, bukan hanya ngerti disaat seneng-seneg aja. Aku merasa amat sangat sakit jika aku diperlakukan secara gak adil. Banyak ketidakadilan yang telah aku terima. Apalagi ketika aku sakit karna orang yang masih lengkap dengan ayah mereka, sakitnya sunguh-sunguh terasa, meresap sedap.

Stop...telenovela dah berakhir, nangisnya udahan.

Ni hari beda gak kaya kemaren-maren, sepanjang orang lewat perhatikan saya, sepertinya mereka terpesona dengan kecantikan saya....hwhehwehehehe. Tapi lama-lama kok ibu-ibu juga liatin saya ya, adik-adik juga, ada yang salah dengan penampilan saya? Uhm, tidak. Pakian? rapi, kerudung? rapi. Gak da yang salah dengan kostum saya hari ini, bahkan tadi beberapa teman saya bilang bahwa saya sangat cantik hari ini (cihuy). Trus kenapa ya? Saya toleh ke kanan, gak ada apa-apa, saya toleh ke kiri... BLAIIIKKK ternyata samping kiri belakang saya ada mas-mas, orang gila lagi, dan badalah itu orang gila saya toleh senyum-senyum lihat saya (bayangkan epkspresi itu orang gila lo leat cewek cantik, ^_^ ). Astaghfirullah... buru-buru pasukan saya bubarkan padahal pengibaran belum berlangsung (eit, lu kate upacara bendera?). saya lansung khusyuk berdo’a semoga teman saya cepat-cepat jemput saya, mantra tak henti ku ucap “ jangan terlihat, jangan terlihat” (ngarep supaya bisa ngilang kaya jin, atau tembus pandang kaya Hary Potter). Dan Tuhan selalu baik sama saya, teman saya langsung datang , meluncur pergi meninggalkan mas gila yang masih terpana menatap saya (owh sad)..............gojes,gojes,gojes.

Weekend, saatnya mudik, balik kampung teman.

Tiba waktu pulang bagi saya adalah waktu yang membahagiakan, serasa dapat undian lotre gitu(pliss jangan lebay ach). Saya selalu (dengan tidak sabar) menunggu waktu week end tiba, dan itu saat yang paling membosankan teman, suatu hal yang kita suka bila ditunggu dengan penuh harap seakan justru mengulur waktu. Yap tibalah hari ni saya pulang. Belum jauh saya meninggalkan kota Solo, ech macet sudah menghadang saya ( it’s make me anoying), usut-punya usut kemacetan disebabkan karena adanya 2orang beradu mulut mobil Honda Jazz mereka bertabrakan, dan ternyata “pelaku” penyebab kemacetan tersebut salah satunnya adalah doktor di kampus saya, ya doktor yang selalu menggingatkan mahasiswa bahwa konsep dalamhidup adalah rwa bhineda, dua hal yang berbeda/berlawanan namun tak dapat dipisahkan selalu ada dalam kehidupanmanusia, antara baik dan buruk, sehat dan sakit, kanan dan kiri dan lain sebagainya. Pak Doktor tadi sedang ngotot sama mas-mas yang nabrak mobilnya dari belakang , endingnya gimana kagak tau, saya segera berlalu meninggalkan pak Doktor, mobil dan rwa bhinedanya....?????? aneh.., . tak jauh dari TKP tabrakan pak Doktor ada kecelakaan mobil lagi, sebuah mobil avanza telah hancur, hmm mobil-mobil bagus semua yang naas hari ini, dalam hati saya bersyukur “ untung saya tadi gak naik mobil bagus( lagian mau naek mobil bagus siapa? punya aja belum,,hehe)”.

Perjalanan terus berlanjut, bus yang saya tumpangi melaju dengan cepat, sesuai dengan fasilitas yang dijanjikan dari PO bus patas tadi, cepat dan terbatas. Apa hubungannya? Tau ah. Perjlanan saya kembali terusik, bus berhenti di lampu merah depan bus ada sebuah mobil KFC lengkap dengan ganbar ayamnya yang semakin membuat perut lapar, tiba-tiba” hoa...hoa... pa minta KFC pa, ayo pa” renggek soerang anak kecil gendut (super gendut) pada papanya, “iya nanti nak, klo sudah sampai, sekarang gak ada yang jual”,”gak mau, aku maunya sekarang” dan si bapak terus membujuk anaknya supaya diam, pandangan saya teralih ke seberang jalan. Anak kecil dengan kaos setelan kuning kumal, tubuh kurus meminta belas kasihan dari satu pengendara ke pengendara yang ada, usianya kira-kira masih 5tahun, miris sekali. Sebuah pemandangan yang sangat berbeda, disamping kanan anak super manja dan super pula berat bedannya super nakal lagi, sedang di samping kiri anak sekecil itu mencari nafkah, menantang maut di tengah roda-roda besar yang setiap saat bisa saja melindasnya, terus berdiri ditempa hujan dan panas matahari, astagfirullah.

Bus terus melaju, tiba-tiba ada suara yang buat saya tak asing lagi, HP saya berbunyi tapi dimana say taruh? (mulai lagi,kebiasaan buruk= lupa dan teledor) saya pun mengaduk-aduk tas saya mencoba menemukansumber bunyi tak peduli dengan tatapanorang-orang yang heran menatap kesibukan saya. Trada....HP ketemu. Tuk..tuk-tuk..(siapa sich colek-colek? Gak span pikir saya), tuk, tuk, tuk,tuk,,tu kan colek lagi, saya pun balik badan ada seorang mbak-mbak memberikan kotakkecil kepada saya “itu flasdisk saya”,,, mbak tadi memeberikan flasdisk saya dan nunjuk-nunjuk kebawah kursi (mbak yang baik tadi ternyata tunawicara, sungguh mulia hatinya) saya ucapkan terimakasih dan mbak tadi Cuma mengangguk dengan senyumnya yang manis. Flashdisk.

Sebuah perjalan yang penuh dengan makna, seminggu ini adalah hari yang berat dalam hidup saya, namun memberikan berbagai pelajran. Saya harus lebih menghargai dan mensyukuri hidup. Benar kata pak Doktor di kampus saya, hidup selalu terkait dengan rwa bhineda, terkadang kita mujur namun adakalanya kita naas, ada kebaikan ada pula kejahatan, sehat juga bisa menjadi sakit. Namun apapun itu syukurilah hidupmu, hidup ini indah. Dengan melihat orang “di bawah” kita kita akan tahu betapa banyak nikmat yang kita peroleh, betapa beruntungya kita dibnading mereka. Tergantung bagaimana kita menjalani dan pandai bersyukur. Subhanallah.

Rabu, 04 Mei 2011

Go Out to Dance for Harmony

Hari tari dunia atau dikenal dengan World Dance Day yang diperingati setiap tanggal 29 april, setiap negara di seluruh belahan dunia memperingatinya dengan seksama termasuk Indonesia. Institut Seni Indonesia Surakarta memperingatinya dengan menggelar perhelatan 24 Jam menari, tahun ini merupakan tahun ke-4 penyelenggaraan. Awalnya 24 Jam menari hanya diselenggarakan di sekitar kampus Institut Seni Indonesia Surakarta saja, namun 2 tahun terakhir ini bekerja sama dengan Pemkot Surakarta menyelenggarakan peringatan hari tari dunia di seluruh penjuru kota Surakarta.

Berbagai tari dipertunjukkan dalam acara tersebut, berawal dari pukul 06.00 WIB pada tanggal 29 April 2011 dan berakhir pada pukul 06.00 WIB, 30 April 2011. Peserta bukan hanya dari Surakarta tetapi dari berbagai kota seperti Bandung, Blora, Magelang, Boyolali, Surabaya, Kalimantan, Sumbawa, Semarang, Bali, Lampung, Yogyakarta dan sejumlah delegasi dari Australia, Malaysia, Singapura dan Chili.

Di Institut Seni Indonesia Surakarta sendiri acara digelar di berbagai tempat, dari lapangan rektorat, pendopo, gedung teater besar dan juga halaman sekitar teater besar dan teater kecil. Sedari pagi penonton telah memadati lingkungan ISI Surakarta untuk menyaksikan berbagai sajian yang dipertunjukkan.

Pembukaan dilakukan di lapangan rektorat, sebelas penari yang menari selama 24 Jam menjadi sentral pada acara pembukaan tersebut. Kesebelas penari tersebut adalah Boby A. Setiawan, Wisnu H.P., Eno Sulistiorini, I Made Sudarsana, Anouk Wilke (Belanda), Ari Ersandi, Galih Mahara, Hiran Munggaran, Usman Supriatna, Asep, dan I Gede Ayu. mereka menari selama 24jam penuh, semua aktivitas, muali dari makan, minum dan sholat pun dilakukan sambil menari.

Pembukaan ditandai dengan tari sesaji dari sesepuh Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI. Disusul dengan tari Derap WDD yang dilanjutkan dengan karnaval mengelilingi kentingan oleh kelompok Drum Band SD Jaten 3 Karanganyar, sejumlah mahasiswa ISI, kelompok Pasoepati Solo dan Dapur Ngebul. Setelah karnaval usai pertunjukan dilanjutkan di pendopo ISI Surakarta.

Di pendopo disajikan berbagai pertunjukan diantaranya karya koreografi oleh mahasiswa Jurusan Tari semester II, koreografi mahasiswa Jurusan Tari semester VI, tari Kepak Zapin dari Singapura, tari Texas dari mahasiswa Jurusan Tari semster IV, cheersleader dari SMP Kristen 1 Surakarta, dan tari Gambyong yang disajikan oleh alumni SMKI Surakarta angkatan 1978.

Ada pertunjukan yang menurut saya sangat menarik dan menggugah nurani saya, pertunjukan tari gambyong yang disajikan oleh para ibu alumni SMKI Surakarta angkatan 1978, patut diacungi jempol walaupun mereka sudah “sepuh” namun masih tetap semangat menari dan memeriahkan peringatan hari tari dunia, walupun gerak mereka tak lagi selincah penari-penari muda, namun cukup menarik, dengan semangat mereak bergerak mengikuti irama gamelan pengiringnya.Usia bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap menari, berkarya, tetap memegang teguh dan terus menjaga tradisi.

Berkaca dari semangat ibu-ibu alumni SMKI Surakarta, sebagai generasi penerus harus tetap menjaga dan melestarikan tari khususnya tradisi. Jangan biarkan globalisasi dan modernisasi menggerus tari tradisi. Bukan hanya semangat sekejap, 24 jam saja, dari 24 Jam menari diharapkan semakin menumbuhkan rasa cinta akan tari, ikut handarbeni terhadap tari tradisi serta menghargai dan melestraikan keberagaman tari, bahwasaannya Indonesia kaya akan budaya yang harus tetap kita jaga dan pertahankan.

World Dance Day “ Go Out to Dance for Harmony”.

Rabu, 20 April 2011

Norman, Slamet dan Media Massa (Harian Joglosemar, 19 April 2011) oleh Anhar Widodo

Norman, Slamet & Media Massa

Briptu Norman Kamaru, anggota Brimob Polda Gorontalo tengah menjadi bintang sekaligus magnet. Namanya mulai menjadi isu media nasional saat video berjudul Polisi Gorontalo Menggila muncul di situs berbagai video, Youtube beberapa waktu lalu. Video berdurasi 6 menit 30 detik itu memperlihatkan Norman yang menirukan gerakan penyanyi India, Shakh Rukh Khan, dengan iringan lagu Chaiyya-Chaiyya. Sampai gagasan ini ditulis, video tersebut telah ditonton lebih dari 1,5 juta orang. Dan sepertinya, isu media yang (sementara) bisa mengalahkan kekuatan Norman adalah kasus anggota DPR yang tertangkap kamera tengah menonton video mesum dalam sidang paripurna DPR beberapa hari lalu. Kasus ini pun sepertinya akan segera ditutup dan (seperti biasa) media akan kembali kepada Norman yang secara ekonomis memiliki rating tinggi untuk dikomodifikasi.

Norman, dengan bantuan media telah menjadi idola baru. Dia menjadi bintang di hampir semua acara televisi, dan sepertinya Polri merelakan itu sebagai bagian dari upaya membentuk citra polisi agar tampak humanis dan dekat dengan masyarakat. Apakah benar Norman sehebat yang dicitrakan media dan layak menjadi duta Polri untuk membangun citra yang diperlukan? Persoalan ini tidak perlu diperdebatkan, karena apapun yang dihadirkan media, selalu penuh dengan realitas berlebihan.

Mengikuti apresiasi media pada kreativitas Briptu Norman Kamaru yang kemudian menyedot perhatian banyak pihak, menjadi ironi jika kemudian kita menengok Slamet Jauhari dan kawan-kawan yang sedang berjuang melepaskan diri dari tawanan perompak di laut Somalia. Jauh sebelum Norman Kamaru menjadi bintang (video diunggah pada 29 Maret 2011), pada 16 Maret 2011 kapal Sinar Kudus di bawah kendali Kapten Slamet Jauhari dibajak perompak Somalia. Di antara ABK, 20 merupakan WNI. Mendengarkan keterangan langsung dari kapten kapal dalam sebuah program dialog disatu televisi swasta, Senin (11/4) malam, kita disadarkan bahwa harga diri bangsa sedang menjadi taruhan dalam upaya menyelamatkan warga bangsa yang sedang mendapatkan musibah di luar negeri.

Pemimpin Sebenarnya

Mengikuti keterangan dari Kapten Slamet Jauhari tentang kondisi dan situasi yang berkembang di tempat penahanan, juga bagaimana upaya menjaga agar anak buah tetap dalam kondisi “baik-baik saja”, menjelaskan kepada kita bagaimana seorang pemimpin harus bersikap dalam kondisi yang paling kritis sekalipun. Dengan bahasa yang jelas dan sangat lugas, Slamet Jauhari menegaskan tidak mungkin melakukan diplomasi politik dengan para perompak. Kemungkinan yang dapat dilakukan pemerintah kita adalah membebaskan sandera dengan “perang” atau membayar tebusan sesuai permintaan para perompak.

Dalam situasi demikian, rapat, dialog, diskusi dan proyek pencitraan politik dalam berbagai bentuknya tidak lagi diperlukan. Karena yang dibutuhkan mereka yang disandera selama sebulan ini adalah kepastian dari negara untuk memberikan jaminan perlindungan keamanan dan keselamatan. Untuk urusan menyelamatkan warga negara ini, para elite politik mestinya tidak lagi terjebak pada wacana, jauh lebih penting adalah tindakan nyata yang mencerminkan sikap kepemimpinan sebenarnya.

Berita terakhir menyebutkan pasukan TNI yang dikirim melakukan operasi militer pembebasan ABK dan Kapal MV Sinar Kudus tidak jadi menjalankan operasinya, karena “ternyata” kapal tidak lagi berada di tengah laut dan masuk wilayah kekuasan para perompak. Katanya, jika operasi tetap dipaksakan, maka risikonya terlalu besar, demikian media-media memberitakan hal tersebut Jumat (15/4). Maka kemungkinan opsi yang dipilih adalah negosiasi harga (nilai) tebusan yang diminta para perompak. Tentu kita tidak berharap saat proses negosiasi berjalan, kondisi yang terjadi pada ABK Kapal MV Sinar Kudus, sudah jauh dari apa yang kita bayangkan.

Perlakuan Media

Media sepertinya memilih perlakuan yang berbeda pada kasus Briptu Norman Kamaru dan penyanderaan Kapal MV Sinar Kudus. Pada kasus pertama, media memberikan ruang seluas-luasnya, alih-alih berlebihan kepada Briptu Norman Kamaru sebagai bintang dan idola baru masyarakat. Konsumen media sepertinya “dipaksa” mengikuti setiap jengkal langkah polisi muda itu. Infotainment, utamanya telah memosisikan Norman Kamaru sebagai selebritis baru yang wajib ditonton semua pemirsa televisi. Sekarang bukan lagi soal kelihaian sang polisi dalam bernyanyi lagu India, namun dibahas pula soal masa depannya di dunia tarik suara, soal rencana rekaman dan pembuatan video klip, soal beasiswa dan hadiah sepeda motornya, soal apresiasi dan dukungan dari Polri, soal hubungan dengan kekasihnya yang sudah berjalan sekian tahun, soal niatnya untuk menghajikan orangtuanya dan sebagainya.

Pada kasus kedua, sebagian besar media massa bahkan tidak mengambil peran apapun. Saat segelintir media membuat gerakan mendorong pemerintah segera bersikap dan bertindak menyelamatkan warga negaranya yang menjadi sandera di luar negeri, media yang lain masih tetap sibuk membangun dan mencitrakan Norman Kamaru sebagai ikon baru dunia hiburan Indonesia, sekaligus citra baru kepolisian yang lebih humanis dan nyeni.

Kapten Slamet Jauhari dan 20 ABK Kapal Sinar Kudus, selama satu bulan terakhir ini sedang bertaruh nyawa, dengan segala keterbatasan sedang menegosiasikan posisi tawar kepada para perompak Somalia, sambil terus berharap pemerintah segera bertindak. Media, semestinya mengambil sikap jelas untuk terus mendorong pemerintah bersikap dan bertindak benar dengan lebih cepat. Harapannya sama seperti banyak pihak yang mencoba mengambil keuntungan dengan hadirnya Briptu Norman Kamaru dalam industri budaya dan media kita.

Media memang tempat bagi banyak kepentingan untuk bertarung dan memperebutkan pengaruh. Lebih dari itu, media juga menjadi ajang berbagai pihak untuk memantapkan posisi dan kekuasaannya baik secara politik maupun ekonomi. Akan tetapi, di atas semuanya, media massa kita mestinya menempatkan kepentingan negara dan bangsa lebih dari semuanya. Kembali kita harus mengingat bahwa di masa lalu media massa adalah alat perjuangan bangsa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian pers mengambil peran sebagai pilar keempat demokrasi yang bertugas mengawal proses berbangsa dan bernegara sebagai anjing pengawas (watch dog). Intinya mengorbitkan Norman Kamaru menjadi bintang adalah sah, akan tetapi menjadi “bagian dari tim penyelamat” warga kita yang disandera perompak Somalia adalah wajib adanya.

menurut saya memang benar adanya, media terlalu hiperbol dalam penyampaiannya. padahal media (dala hal ini televisi) merupakan "pelaku utamanya", ya sebagian besar waktu dihabiskan didepan layar tv, harusnya tv dan masyarakat lebih pintar mengambil sikap bukan untuk kepentingan segelintir dan harusnya bisa memilahkan mana yang "utama' demi kebaikan dan kemaslahatan bersama.

Kamis, 17 Maret 2011

Tari Driasmara

Komponen Non Verbal

1. Tema Tari Driasmara

Tari driasmara merupakan salah satu bentuk tari pasangan yang ditarikan oleh seorang penari putra dan putri, tari driasmara bertemakan langen asmara atau percintaan antara Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Tari ini disusun oleh Sunarno Purwolelono pada tahun 1976. Tahun1980 tari ini disusun kembali oleh Wahyu Santosa Prabowo, Nora Kustantina Dewi dibantu oleh Rusini untuk penataran Pamong Kesenian se-Jawa Tengah di PKJT Sasono Mulyo Baluwarti Surakarta. Adegan/tarian untuk Prabu Kelana digarap oleh Sunarno Purwolelana, adegan/tarian panji (alusan) digarap oleh Wahyu Santoso Prabowo, dan untuk adegan Candra Kirana digarap oleh Sunanro Purwolelana. Untuk gendhing pengiringnya digarap oleh Martopangrawit, dan pada perekaman digubah oleh Rahayu Supanggah.

Berangkat dari drama tari yang berjudul Panji Asmara, mengambil cerita panji dengan tokoh Prabu Kelana, Candra Kirana, dan Panji Asmara Bangun, berproses di Sasana Mulyo, adapun penarinya adalah Sunarno Purwolelono sebagai Prabu Kelana, Wahyu Santoso Prabowo sebagai Panji Asmara Bangun dan Utami Retno Asih sebagai Candra Kirananya. Drama tari tersebut dipentaskan di acara pernikahan Sal Mugiyanto. Dari drama tari tersebut dipethil/ diambil adegan Candra Kirana dan Panji Asmara Bangun (adegan pasihan/percintaan antara Candra Kirana dan Panji Asmara), dari adegan tersebut jadilah tari pasihan. Setelah tersusun menjadi tari pasihan tokoh Panji dan Candra Kirana dihilangkan (tidak harus menceritakan Panji Asmara Bangun dan Candra Kirana).

Driasmara berasal dari kata driya yang bearti hati dan asmara yang berarti asmara, driasmara dimaksudkan hati yang sedang dilanda asmara. Rasa yang muncul/ terkandung dari tari Driasmara yaitu romantis, penuh kasih, saling mengasihi satu sama lain, cinta kasih. Tari driasmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, melambangkan suatu hubungan percintaan antara dua orang yang berlawanan jenis. Pada dasarnya tari ini menggambarakan bermacam-macam perasaan manusia yang terlibat dalam suatu percintaan. Sebagai contoh perasaan sayang, kangen selalu ingin bertemu dan bersama dengan kekasihnya serta tidak ingin membaginya dengan orang lain. Rasa kangen dan penggambaraan kerinduan yang mendalam pada tokoh wanita dirasakan pada gendhing kinanthi sandhung. Rasa damai dan tenteram dirasakan pada gendhing sekar macapat mijjil. Kebar memunculkan rasa senang dan mesra yang menggambarkan sepasang kekasih yang bercinta.

2. Gendhing pengiring tari Driasmara

Laras pelog sebagai laras yang dipilih untuk gendhing pengiring tari Driasmara, karena pada dasarnya laras pelog memunculkan rasa, suasana menjadi lebih berasa romantis.

- Ketawang wigena laras pelog pathet nem

è Wigena dapat diartikan, rasa yang muncul saat pertama kali ketemu, ada chemistery, merasakan jatuh cinta.

Ketawang wigena dahulu merupakan garapan dari Bambang Suryo Darmoko, gendhing tersebut di gunakan untuk mengiringi drama tari Ramayana, adegan Dewi Kekayi yang merupakan istri muda Prabu Dasarata menagih janji, dahulu Dasarata berjanji bahwa yang akan menggantikan tahtanya adalah anak yang lahir dari rahim Dewi Kekayi, namun kenyataannya tidak demikian, Dewi Kekayi menggigatkan kepada Prabu Dasarta akan janjinya kala itu.

Buka:

. . . 2 2 1 6 5 1 6 1 2 . 1 6 5

1 2 1 6 2 1 6 3 1216 2 1 6 5

Ngelik :

3 5 3 57 62 4 2 1 5 6 1 . 3 2 6 5

3 5 3 5 3 5 6 1 3 2 6 5 3 5 2 3

1 1 . 6 5 6 7 6 5 4 2 4 2 1 6 5

- Kemuda kembang kapas laras pelog pathet nem

è Kemuda: masa muda, remaja. Kemudu kudu: menanti, dengan penuh harap, seseorag yang selalu dikhayalkannya untuk segera datang. Dapat diartikan sebagai seorang remaja yang mempunyai rasa suka, mulai tertarik pada lawan jenisnya. Melamun, berkhayal, membayangkan hal-hal yang indah-indah, selalu mengharap pujaan hatinya datanng dan berada disisinya.

Kembang kapas / bunga kapas: pohon kapas ketika berbunga, bunganya berwarna putih. Dapat diartikan sebagai sebuah pengharapan, bahwa dari rasa yang timbul diharapkan akan terjalin sebuah cinta yang suci (warna putih identik dengan makna suci), dan tulus.

II 1 5 1 5 2 4 5 4 2 4 2 1 5 1 5 1

5 4 2 1 4 2 1 4 1 2 4 5

- Mijil sekar macapat laras pelog pathet nem

è Penari putra datang, impian remaja putri (dalam gendhing kemuda kembang kapas) terwujud.

- Ketawang kinanthi sandung laras pelog pathet nem

è Rasanya (rasa antara penari putra dan penari putri) bersatu, saling jatuh hati, dua hati telah berpadu, ada keinginan untuk bersanding dan berharap tak ada halangan/kesandung suatu hal tertentu, berjalan mulus, bahagia hingga akhir hayat.

Buka : celuk . . . 6 1 2 6 5 2 3 5 3

. . 3 5 6 5 3 5 2 4 5 4 2 1 6 5

2 2 . 3 1 2 3 2 6 1 2 3 6 5 3 2

- Ktw. driasmara laras pelog pathet nem.

è Mengunakan garap kendang loro (2), menimbulkan/memunculkan rasa sareh, rasa tenang, garapnya agak halus.

Lik:

6 6 . . 6 6 5 6 2 3 2 1 6 5 2 3

. . 3 5 6 1 2 1 3 2 1 2 . 1 2 6

2 3 2 1 6 5 3 2 6 1 2 3 6 5 3 2

Umpak:

è Menggunakan garap kendang ciblon, berkarakter riang, hanya ada suka.

5 6 5 3 6 5 3 2 5 6 5 3 6 5 3 2

6 6 . . 6 6 5 6 2 3 2 1 6 5 2 3

. . 3 5 6 1 2 1 3 2 1 2 . 1 2 6

2 3 2 1 6 5 3 2 6 1 2 3 6 5 3 2

Ketawang Wigena, lrs. Pelog pathet nem

Pundhen ulun dhuh sinuwun

punapa punapada tan ngemuti

marang prasetya paduka

ngebun-ebun enjang

sendhang geng ing pawukiran

leganana raos mami

Jangkring gunung wong angkrangkung

kadita nyawang sireki

kekuncung kang kabeh ana

merak ati

burong toya baya sira

welas asih marang dasih

Artinya:

junjunganku oh sang raja/prabu

apakah paduka tidak ingat

akan janji yang paduka ucapkan

aku sangat mengharapkan

sendang besar di gunung/ telaga

mengharap bahwa paduka sang raja membuat hatiku lega/ menepati janji

jangkirk gunung=gangsir/ jangkrik yangg ada dipegunungan, orang yang tinggi semampai

sireki=kamu, aku tidak bosan-bosannya memandangmu selalu ingin memandangmu

bintang yang berjambul yang berada dihutan/ merak

sebagai wanita yang penampilanya membuat hati tertarik/menarik hati

burong toya=bintang yang ada diair, baya sira=apakah engkau

akan memberikan kasih sayang padaku

Sekar macapat mijil lrs.pl.pt.nem

Dhuh mas mirah

adiku wong kuning

cahyane mancorong

gandhes luwes kewes wicarane

dhuh kakang paduka

kawula sayekti bekti marang kakung

Artinya:

mas mirah=perhiasan, ungkapan laki-laki pada wanita yang bermaksud memuji

kekasihku yang cantik

cahayamu memancarakan sinar

penampilan dan gaya bicara menarik hati

kakanda engkau adalah junjunganku

aku sesungguhnya berbakti kepadamu kakanda

Ketawang Kinanthi sandhung.lrs.pl.pt.nem

Nimas ayu puja ningsun

Mustikaning wong sabumi

sun emban sun lela-lela

tambanana brangta mami

kakang mas prasetya hamba

yen wurung sun nedya lalis

Artinya:

oh dindaku yg cantik engkau adalah pujaan hatiku

permata, mutiara=sungguh engkau merupakan permata yang ada di dunia/ bermaksud memuji, hanya engkau permata yang ada di dunia

kau akan selalu kumanja,kupeluk

obatilah perasaan cintaku kepadamu,obatilah keriunduan rasa cintaku padamu

oh kakanda, aku akan selau berjanji kepadamu

kalau aku tidak selalu bersamamu/ tidak jadi kekasihmu lebih baik aku mati

Ketawang Driasmara .lrs pl.pt.nem

Yen sira dadia kupu, wong ayu

Ingsun kang arsa ngencupi, dhuh yayi

Yen sira dadiya iwak, wong cakrak

Ingsun kang amancing, wong kuning

Yen sira dadiya toya mas rara

ingsun kang bakal nyidhuki

Yen sira dadiya prahu, wong prabu

Ingsun kang bakal melahi, wong peni

Yen sira dadiya dluwang, wong dregang

Ingsun kang bakal anulis, wong manis

Yen sira dadiya beras, wong canthas

Ingsun kang bakal mususi

Artinya:

seandainya engkau jadi kupu-kupu, orang cantik/ gandisku yang cantik

aku yang akan menangkapmu, adindaku

jika engkau menjadi ikan, orang bergas, macho, keren, penampilan menarik

aku yang akan mengailmu, orang cantik

jika engkau menjadi air, oh cantikku/oh gadisku

aku yang akan menggayungmu (mengambil air dengan gayung)

jika engkau menjadi kapal, yang berwibawa/ kharismatik

aku yang akan mendayungmu, orang yang indah/ menarik/ cantik

jika engkau menjadi kertas, orang yang semampai/ cantik

aku yang akan menulisinya, orang manis/dindaku yang manis

jika engkau menjadi beras, dindaku yang lincah

aku yang akan mencuci beras itu

Umpak

Le lalela

Linali saya kadriya

driasmara marang risang kadi ratih

Ratih ratu ratuning wong cakra kembang

kembang jaya kusuma, asih mring kula

Artinya:

Dimanja

ketika kan kulupakan justru semakin nampak dihati

hati yg dilanda asmara kepada gadis yang bagaikan dewi ratih

dewi ratih yang merupakan ratu dikhayangan cokro kembang

bunga wijaya kusuma, bunga yang selalu memberi kehidupan, selalu menyanyangi diriku